
Sampang – suaraharianpagi.id
Ketua Lembaga Forum Sampang (Forsa) Hebat, Nur Hasan, mendatangi Puskesmas Torjun guna mengklarifikasi dugaan kelalaian yang menyebabkan meninggalnya seorang pasien anak, Roisul Ulum (9 tahun). Pihak keluarga menilai pelayanan di puskesmas tersebut kurang serius dalam menangani pasien darurat.
Menurut keterangan yang disampaikan, pada Senin sore (24/3), keluarga membawa Roisul Ulum ke Puskesmas Torjun setelah mengalami kecelakaan saat bermain di halaman rumahnya. Namun, setibanya di puskesmas sekitar pukul 16.24 WIB, pihak keluarga tidak menemukan petugas yang berjaga. Suasana puskesmas tampak sepi tanpa kehadiran tenaga medis maupun satpam.
Setelah berusaha mencari dan memanggil petugas, akhirnya ditemukan seorang tenaga medis. Namun, menurut rekaman CCTV, baru sekitar pukul 16.34 WIB pasien mendapat penanganan. Sayangnya, setelah diperiksa, Roisul Ulum dinyatakan sudah dalam kondisi tidak bernyawa.
Menanggapi kejadian ini, sedikitnya sembilan aktivis LSM dan wartawan di Sampang turut serta dalam upaya klarifikasi ke pihak Puskesmas Torjun, pada Selasa (25/3) siang.
Dalam pertemuan tersebut, Kepala Puskesmas Torjun, dr. Budi S.W, bersama beberapa stafnya, termasuk Farid Bobi, Irwan Sutanto, Chairul Umam (perawat), serta KTU Puskesmas, menjelaskan kronologi kejadian dari pihak mereka.
Dr. Budi menyampaikan permohonan maaf secara pribadi maupun institusi dan mengakui bahwa masih terdapat kekurangan dalam sistem pelayanan puskesmas. Ia menjelaskan bahwa saat kejadian, puskesmas hanya memiliki dua tenaga medis. Salah satu petugas harus bertugas di Posko Arus Mudik Lebaran di Kecamatan Jrengik, sehingga hanya tersisa satu petugas di puskesmas.
Saat korban tiba, petugas yang berjaga sedang merawat pasien di ruang inap, termasuk mengganti infus dan mendistribusikan makanan. Akibatnya, saat korban berada di ruang IGD, kondisi kesehatannya semakin memburuk hingga dinyatakan meninggal dunia kurang dari 10 menit setelah tiba.
“Kami sangat menyesalkan kejadian ini dan turut berduka cita. Kami berupaya memberikan pelayanan terbaik dengan sumber daya yang ada. Kami juga berencana melayat ke rumah duka sebagai bentuk empati kami kepada keluarga korban,” ujar dr. Budi.
Meski mendapat penjelasan dari pihak puskesmas, Ketua Forsa Hebat, Nur Hasan, tetap mengecam keras dugaan kelalaian yang menyebabkan pasien tidak mendapatkan penanganan medis dengan cepat.
“Saya sangat berharap Kepala Dinas Kesehatan Sampang, Abdullah Nacjih, segera mengambil tindakan tegas, termasuk melakukan mutasi atau memindahkan dokter dan perawat yang piket saat kejadian. Kalau bisa, pindah semua!” tegasnya.
Sementara itu, salah satu anggota Forsa Hebat, Aden, turut menceritakan bahwa saat dibawa ke puskesmas, korban sempat berteriak kesakitan, namun tidak ada tenaga medis yang langsung merespons.
“Anak itu terus berteriak kesakitan, tapi tidak ada dokter yang datang hingga akhirnya meninggal dunia. Mungkin dia sudah tidak kuat menahan sakit,” pungkas Aden.
Kasus ini kini menjadi sorotan publik, dan keluarga korban bersama aktivis setempat mendesak agar pihak berwenang segera mengevaluasi kinerja Puskesmas Torjun guna mencegah kejadian serupa di masa mendatang. *bud/red