Jombang — Suaraharianpagi.id
Kisah pilu menyelimuti kehidupan seorang siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Sebut saja Mawar (17), gadis tangguh yang berjuang keras menempuh pendidikan di tengah himpitan ekonomi. Namun, perjuangannya menjemput masa depan justru ternoda oleh aksi bejat seorang predator anak.
Mawar bukan sekadar siswi biasa. Ia dikenal ulet dan mandiri, tumbuh dalam keterbatasan tanpa sosok ayah. Menurut pihak sekolah, Mawar tinggal bersama nenek dan tiga adiknya yang masih kecil.
Ibunya bekerja di luar rumah dengan jam pulang tak menentu, sementara sang ayah sudah lama tak diketahui keberadaannya.
“Setiap pagi ia berjualan nasi bungkus di pasar sebelum berangkat sekolah. Kalau dagangannya habis, baru jalan kaki ke sekolah. Ia anak yang rajin dan tidak pernah mengeluh,” ujar salah satu guru Mawar, Jumat (17/10/2025).
Guru tersebut menuturkan, Mawar sebenarnya sempat melanjutkan sekolah ke jenjang SMA. Namun, karena keterbatasan biaya, ia terpaksa berhenti. Berkat dorongan dari gurunya, Mawar akhirnya kembali bersekolah di jenjang SMP dan terdaftar sebagai penerima beasiswa Program Indonesia Pintar (PIP).
Perjalanan Mawar menuntut ilmu yang semestinya menjadi hal mulia justru berubah menjadi pengalaman traumatis. Peristiwa itu terjadi pada Kamis (16/10/2025) pagi, saat ia berjalan kaki menuju sekolah di Kecamatan Bareng, Jombang.
Dalam perjalanan, Mawar bertemu E (40), ayah dari temannya yang juga warga satu desa di Kebondalem. Pelaku menawarkan tumpangan dengan alasan kasihan melihat Mawar berjalan kaki.
Karena sudah mengenalnya, Mawar menerima tawaran itu tanpa curiga. Namun, di tengah perjalanan, pelaku justru menunjukkan gelagat tak pantas.
Ia berpura-pura meminta Mawar bergantian mengendarai motor, lalu memberikan uang Rp10.000 sebagai “imbalan”. Tak lama kemudian, pelaku mulai melakukan pelecehan dengan menyentuh bagian tubuh korban.
“Anak itu langsung menghentikan motor dan berlari ke sekolah sambil menangis. Ia sangat ketakutan,” tutur seorang guru yang mendampingi korban.
Mengetahui kejadian itu, pihak sekolah segera menghubungi keluarga korban dan mendampingi mereka membuat laporan ke Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Jombang. Laporan resmi telah diterima pada Jumat (17/10/2025), disertai penerbitan Surat Tanda Penerimaan Laporan (STPL).
“Saat berangkat sekolah, ia ditumpangi oleh ayah temannya. Ternyata malah diajak berputar-putar dan dilecehkan. Kami sudah melapor ke polisi,” kata guru tersebut.
Keluarga korban berharap kepolisian segera menindaklanjuti kasus ini dan menjerat pelaku dengan hukuman setimpal.
Sementara itu, kondisi psikologis Mawar dikabarkan masih terguncang berat. Ia enggan kembali ke sekolah karena takut bertemu orang asing di jalan.
“Sekarang anaknya trauma berat, menangis terus dan belum mau sekolah,” ujar gurunya dengan suara bergetar.
Kisah Mawar menjadi potret nyata perjuangan anak bangsa di tengah kemiskinan dan lemahnya perlindungan terhadap anak perempuan.
Masyarakat berharap aparat penegak hukum segera memberikan keadilan bagi Mawar agar perjuangannya meraih cita-cita tak berhenti karena ketakutan dan luka batin.*red
