
warga protes di lokasi pembuangan limbah (suaraharianpagi.id/ds)
Jombang – suaraharianpagi.id
Warga Dusun Sukodadi, Desa Jombatan, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang, memprotes aktivitas pembuangan limbah cair yang berlokasi di perbatasan Desa Jati Duwur, Jumat (6/6) malam.
Limbah yang diduga mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) tersebut menimbulkan bau menyengat yang mengganggu kenyamanan dan kesehatan warga sekitar.
Aksi protes berlangsung secara spontan. Puluhan warga dari berbagai usia, mulai dari anak-anak hingga lansia, berkumpul di lokasi pembuangan dan menuntut agar kegiatan tersebut segera dihentikan.
“Setiap hari ada truk pengangkut limbah datang, biasanya pagi dan malam. Saya dengar berasal dari Perak, Jombang, dan juga dari Sooko, Mojokerto,” ujar seorang warga di lokasi aksi.
Salah satu sumber menyebutkan, limbah tersebut diduga berasal dari pabrik pengolahan sosis milik seorang pengusaha besar di Jombang.
“Saya pernah mengikuti salah satu mobil pengangkut limbah yang baunya sangat menyengat. Ternyata, mobil itu berasal dari pabrik pengolahan sosis,” ujar warga lain yang enggan disebutkan namanya.
Lokasi pembuangan berada di atas lahan milik mantan Kepala Desa Jati Duwur, Aji Mubarok, sekitar 500 meter dari permukiman.
Warga mengeluhkan bau busuk yang terus-menerus tercium dan berdampak pada kesehatan mereka.
Saat aksi berlangsung, sebuah truk pengangkut limbah masih terlihat di lokasi setelah membongkar muatan. Truk tersebut terjebak di area berlumpur dan belum bisa keluar.
Tidak terlihat aparat keamanan di lokasi selama aksi berlangsung. Hanya pemilik lahan yang tampak memantau dari kejauhan.
Kapolsek Kesamben, Iptu Niswan, saat dihubungi melalui telepon, mengaku belum menerima laporan terkait aksi protes tersebut.
“Mungkin unjuk rasa ini dilakukan secara spontan oleh warga. Kami belum menerima laporan. Terima kasih atas informasinya, akan segera kami tindak lanjuti,” katanya.
Menurut Pengasuh Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an di Dusun Sapon, Desa Jombatan, Habib Sholeh, aksi ini kali pertama dilakukan warga. Ia mengaku telah berulang kali menyampaikan keluhan warga kepada pemilik lahan, namun tak pernah mendapatkan respons.
“Saya sudah sering mengingatkan, tapi tidak ditanggapi. Santri saya terganggu, warga juga banyak yang mengeluh. Bahkan ada ibu hamil yang muntah-muntah karena bau menyengat itu, sampai tidak bisa makan,” ungkap Habib Sholeh.
Ia menyebut, aktivitas pembuangan limbah tersebut telah berlangsung lebih dari setahun. Karena tidak kunjung mendapatkan tanggapan, warga akhirnya turun langsung ke lokasi sebagai bentuk keputusasaan dan kemarahan. *ds