Semarang – Suaraharianpagi.id
Gelombang penolakan muncul dari sejumlah pedagang pasar tradisional di Kota Semarang terhadap rencana masuknya kembali sejumlah nama pengurus lama ke dalam struktur Persatuan Pedagang Jasa Pasar (PPJP) Kota Semarang.
Para pedagang menilai langkah itu bertentangan dengan semangat reformasi organisasi. Figur-figur lama dinilai gagal memperjuangkan kepentingan pedagang dan justru sering merugikan.
Penolakan mencuat dalam rapat kerja PPJP beberapa waktu lalu. Dalam forum tersebut, sejumlah pedagang menentang keras wacana kembalinya beberapa nama lama seperti Tr, Skdh, dan SR ke dalam kepengurusan baru. Mereka dianggap tidak produktif dan gagal membawa perubahan berarti bagi kesejahteraan pedagang.
“Kami sudah bosan dengan wajah-wajah lama yang hanya duduk di pengurus tapi tidak pernah turun ke lapangan. Pedagang tetap susah, retribusi makin tinggi, sementara mereka sibuk urusan pribadi,” ujar salah satu pedagang dari Pasar Jatingaleh, Senin (27/10).
Penolakan makin menguat setelah diketahui bahwa rapat PPJP tersebut hanya dihadiri 16 perwakilan pasar. Diduga ada upaya memaksakan masuknya kembali beberapa pengurus lama tanpa melalui proses musyawarah dengan seluruh perwakilan pasar di Semarang.
Sebagian besar pasar yang absen justru telah menyatakan secara terbuka menolak kepengurusan lama dan mendesak reformasi total.
“Jangan lagi PPJP dipimpin oleh orang-orang yang tidak paham nasib pedagang. Kami butuh pemimpin yang punya ide dan keberanian melawan kebijakan yang merugikan pedagang, bukan sekadar ikut arus,” kata Sulastri, pedagang dari Pasar Gunungpati.
Sementara itu, Ketua PPJP Kota Semarang H. Suwanto belum memberikan tanggapan resmi atas penolakan para pedagang. Namun, sejumlah pedagang berharap Suwanto tidak tunduk pada tekanan pihak tertentu yang ingin mempertahankan struktur lama.
“Kalau Pak Suwanto berpihak ke pedagang, buktikan dengan menolak pengurus lama yang cuma numpang nama. Ini waktunya bersih-bersih total,” ujar salah satu koordinator pedagang yang hadir dalam rapat.
Nr, pedagang Pasar Shopping Center Johar, menyebut kepercayaan pedagang terhadap PPJP terus menurun akibat keberadaan figur lama yang dianggap tidak memberi kontribusi berarti.
“Saya tidak ingin organisasi ini jadi milik kelompok tertentu. PPJP harus kembali ke pedagang, bukan tempat berlindung orang yang hanya mencari jabatan,” tegasnya.
Banyak pedagang menilai PPJP selama ini lebih banyak menguntungkan oknum tertentu ketimbang memperjuangkan hak pedagang, terutama dalam hal pengelolaan kios, retribusi, dan kebersihan pasar.
Beberapa bahkan menuding pengurus lama cenderung diam saat terjadi pungutan liar atau kebijakan pasar yang merugikan.
“Mereka seharusnya jadi perpanjangan tangan pedagang, tapi malah jadi beban. Kalau PPJP mau hidup lagi, bersihkan dulu pengurus yang tidak berguna,” ujar seorang pedagang Pasar Peterongan.
Desakan reformasi kini makin menguat. Sejumlah pasar besar seperti Pasar Jatingaleh, Pasar Gunungpati, dan Pasar Sampangan sepakat mendorong terbentuknya pengurus baru yang benar-benar lahir dari pedagang dan berani bersuara.
“Kami siap kalau pengurus lama tetap dipaksakan masuk. Kami akan kirim karangan bunga ke rumah Ketua PPJP sebagai simbol kekecewaan kami,” ujar salah satu pedagang.*Put
