Proses Upacara peringatan hari santri nasional yang ke-11 di pondok pesantren Amanatul Ummah, Pacet, Mojokerto.(Suaraharianpagi.id/dsy
Mojokerto – Suaraharianpagi.id
Peringatan Hari Santri Nasional 2025 di Pondok Pesantren Amanatul Ummah Mojokerto tidak hanya menjadi ajang refleksi sejarah Resolusi Jihad, tetapi juga panggung kebangkitan santri di era global.
Tahun ini, pesantren yang diasuh KH. Asep Saifuddin Chalim itu kembali mencatat prestasi gemilang dengan meloloskan 1.258 santri ke perguruan tinggi negeri, baik di dalam maupun luar negeri.
KH. Asep mengungkapkan, ratusan santri diterima di kampus ternama dunia seperti di Jerman, Tiongkok, Mesir, Maroko, dan Tunisia. Bahkan, 65 di antaranya berhasil masuk fakultas kedokteran, serta beberapa diterima di universitas pertahanan.
“Transformasi pendidikan ini terus kami kembangkan. Santri kini tidak hanya menjadi penjaga tradisi agama, tetapi juga motor peradaban dunia,” ujarnya dalam rangkaian perayaan Hari Santri, Rabu (22/10/2025).
Upacara Hari Santri yang digelar di Lapangan Besar Pahlawan KH. Abdul Chalim berlangsung khidmat. Asisten Administrasi Umum Sekdaprov Jawa Timur, KH. Akhmad Jazuli, hadir sebagai Inspektur Upacara mewakili Gubernur Khofifah Indar Parawansa.
Dalam sambutannya, ia menyampaikan apresiasi terhadap peran santri sebagai garda moral bangsa sekaligus penyokong kemajuan pendidikan nasional.
“Ketika santri bisa diterima di kampus terbaik dunia, itu membuktikan bahwa pesantren bukan hanya tempat mengaji, tetapi pusat lahirnya generasi berkelas global,” kata KH. Jazuli.
Pelaksanaan upacara hari santri tahun ini mengacu pada Surat Edaran Sekjen Kemenag Nomor SE.33 Tahun 2025. Apel digelar serentak secara nasional dengan tema “Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Dunia.”
Peserta laki-laki diwajibkan mengenakan sarung, baju putih, dan peci hitam, sedangkan peserta perempuan menyesuaikan aturan masing-masing lembaga.
Dalam sambutannya, KH. Jazuli juga mengajak santri meneladani semangat Resolusi Jihad 22 Oktober 1945 yang menjadi dasar penetapan Hari Santri. Menurutnya, semangat perjuangan kala itu kini harus diwujudkan melalui penguasaan ilmu dan pengaruh global positif.
“Dulu santri mengangkat bambu runcing, sekarang mengangkat pena, ilmu, dan karya untuk memenangkan peradaban,” tegasnya.
Perayaan ditutup dengan penampilan drumband, parade budaya, tari daerah, teater bahasa Inggris, hingga puisi kebangsaan yang menggambarkan perpaduan nilai keislaman dan nasionalisme.
Peringatan Hari Santri di Amanatul Ummah tahun ini menegaskan arah baru pergerakan santri: dari penjaga tradisi menuju pelopor peradaban dunia.*dsy
