Rangkaian kegiatan dialog budaya dan pertanian dalam rangka memperingati Hari Tani Nasional di sanggar wayang topeng Tri Purwo Budoyo.(Suaraharianpagi.id/dsy)
Jombang – Suaraharianpagi.id
Dalam rangka memperingati Hari Tani Nasional 2025, sejumlah pegiat sejarah dan budaya di Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang, menggelar acara dialog budaya dan pertanian bertajuk “Kesamben Penyangga Ketahanan Pangan Lintas Masa”.
Kegiatan yang berlangsung di Sanggar Wayang Topeng Tri Purwo Budoyo, Desa Jatiduwur, Rabu malam (24/9), ini disambut antusias warga dari berbagai desa di Kecamatan Kesamben.
Acara dibuka dengan pementasan Tari Klono, salah satu ikon kesenian Wayang Topeng Jatiduwur yang masih lestari hingga kini. Penampilan tersebut disusul dengan pembacaan puisi bertema petani oleh pelajar setempat, yang semakin menambah semarak suasana.
Pada penghujung acara, para pegiat budaya menyerahkan secara simbolis Pohon Pancasila kepada perwakilan Forum Koordinasi Pimpinan Kecamatan (Forkopimcam) Kesamben.
Pohon tersebut kemudian ditanam di halaman Sanggar Wayang Topeng Tri Purwo Budoyo sebagai penanda semangat kebersamaan dan ketahanan pangan.
Turut hadir dalam kegiatan ini perwakilan Forkopimcam Kesamben, sejumlah kepala desa, tokoh petani, serta Pamong Budaya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Jombang, Anom Antono.
Kehadiran mereka sekaligus menegaskan pentingnya kolaborasi lintas elemen masyarakat dalam menjaga tradisi dan menguatkan sektor pertanian.
Dialog budaya tersebut menghadirkan sejumlah narasumber, di antaranya Abah Nursan yang dikenal sebagai tokoh petani Kesamben, Arif Yulianto selaku pemerhati sejarah dan anggota Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kabupaten Jombang, serta Ketua Komisi B DPRD Kabupaten Jombang.
Mereka mengulas perjalanan sejarah Kesamben, perkembangan dunia pertanian, hingga arah kebijakan pemerintah dalam menjaga ketahanan pangan di tingkat lokal.
Salah satu penggagas acara, Isma Hakim, menjelaskan bahwa kegiatan ini tidak hanya sekadar peringatan Hari Tani Nasional, melainkan juga sarana edukasi sejarah serta wadah interaktif bagi masyarakat.
“Kami berharap kegiatan yang kami gagas ini bisa memberikan pengetahuan dan manfaat nyata bagi masyarakat Kecamatan Kesamben,” ujar Isma.
Lebih jauh, forum tersebut juga memunculkan wacana penting terkait penetapan situs-situs bersejarah sebagai cagar budaya.
Sejumlah titik yang diusulkan antara lain Prasasti Kusambyan di Desa Katemas, Kecamatan Kudu, serta batu-batu kuno di Desa Pojokrejo dan Desa Kesamben yang diduga merupakan tapal batas wilayah pardhikan atau kawasan suci pada masa lampau.
Anggota TACB Jombang yang juga salah satu penggagas acara menegaskan, pelestarian situs sejarah tak bisa dipisahkan dari identitas Kesamben.
“Dengan kegiatan seperti ini, kami berharap menjadi pemantik kecintaan warga Kesamben terhadap sejarah dan budaya,” pungkasnya.*dsy
