
Foto : Bupati Mojokerto Gus Barra bersama rombongan saat mengunjungi rumah ketua relawan birunya cinta.(Suaraharianpagi.id/red)
Kabupaten Mojokerto – suaraharianpagi.id
Bupati Mojokerto, Muhammad Al Barra, atau akrab disapa Gus Barra, mengunjungi rumah Ketua Relawan Birunya Cinta (RBC), Zaenal Abidin, di Dusun Tlasih, Desa Ngarjo, Kecamatan Mojoanyar, Rabu malam (21/5.
Kedatangan bupati bersama rombongan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mojokerto itu untuk memberikan apresiasi sekaligus pengarahan atas aksi nekat Zaenal yang melompat ke Sungai Brantas demi mengevakuasi mayat misterius.
Zaenal, yang memiliki nama asli Ahmad Zainuri, menjadi sorotan setelah videonya viral saat mengevakuasi jasad seorang pria tanpa identitas yang hanyut di Sungai Brantas.
Dalam rekaman tersebut, Zaenal terlihat masih mengenakan sepatu dan helm ketika melompat dari atas Jembatan Ngrame untuk menjangkau mayat yang hanyut.
Aksi itu menuai pro dan kontra. Di satu sisi, keberanian Zaenal dipuji sebagai tindakan heroik. Namun di sisi lain, tindakannya dinilai membahayakan diri sendiri dan tidak sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) penanganan bencana.
“Kita melihat Pak Zaenal viral, banyak masyarakat yang meminta kami datang dan memberikan apresiasi. Alhamdulillah, kami sudah berkunjung dan memberikan semangat kepada beliau,” kata Gus Barra. “Namun kami juga memberi nasihat agar ke depan, keselamatan diri tetap menjadi prioritas.”
Bupati juga menegaskan pentingnya relawan bekerja di bawah koordinasi BPBD agar lebih tertib dan sesuai prosedur.
“Kita ini daerah rawan bencana, maka eksistensi relawan sangat penting. Tapi harus tetap satu komando dan mengikuti SOP,” ujarnya.
Kepala BPBD Kabupaten Mojokerto, Yo’ie Afrida Soesetyo Djati, mengaku mengapresiasi semangat Zaenal, namun menyesalkan prosedur evakuasi yang diabaikan.
“Pak Zaenal memang punya semangat luar biasa. Tapi evakuasi mayat itu ada SOP-nya, ada komandonya, dan biasanya dipimpin Basarnas. Tidak bisa hanya bermodal nekat,” ujar Yo’ie.
Menurutnya, tindakan Zaenal berpotensi membahayakan tidak hanya dirinya, tapi juga merusak koordinasi tim yang sudah bersiap dengan peralatan standar.
“Konyol kalau semangat tinggi tapi tidak dibarengi dengan peralatan memadai dan komunikasi yang baik. Akhirnya evakuasi korban malah berubah menjadi operasi penyelamatan relawan,” tambahnya.
BPBD juga menyoroti bahwa komunitas RBC belum tergabung dalam Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB), sehingga tidak mengikuti pelatihan dan perkembangan terbaru soal mitigasi bencana.
Ke depan, BPBD berencana memberikan pelatihan dasar bagi anggota RBC agar lebih memahami teknis penyelamatan yang aman.
Zaenal Abidin yang kini berusia 70 tahun, mendirikan RBC pada tahun 2019. Organisasi tersebut memiliki 26 anggota, tiga di antaranya masih berstatus pelajar.
Kepada wartawan, Zaenal menjelaskan bahwa RBC adalah singkatan dari “Relawan Bersih dan Mencintai”.
“Kami bergerak karena panggilan hati, bukan mencari pujian,” ujar Zaenal singkat. *Red