
Bupati Sampang, H. Slamet Junaidi. (Suaraharianpagi.id/bun)
Sampang – suaraharianpagi.id
Kekecewaan mendalam dirasakan masyarakat Desa Larlar, Kecamatan Sampang, Kabupaten Sampang. Pasalnya, janji Bupati Sampang, H. Slamet Junaidi, untuk memperbaiki jalan protokol yang melintasi desa tersebut hingga kini belum terealisasi.
Warga bahkan melabeli sang bupati sebagai “pembohong” karena dianggap tidak menepati janji yang pernah disampaikan langsung di hadapan masyarakat.
Salah seorang warga, Sahidi, mengisahkan bahwa beberapa waktu lalu Bupati Sampang sempat mengumpulkan masyarakat Desa Larlar.
Dalam pertemuan tersebut, bupati menyampaikan rencana perbaikan jalan protokol dan meminta warga menebang pohon yang mengganggu agar akses jalan bisa diperlebar.
“Jalan adalah harapan rakyat. Esok harinya, kami langsung kerja bakti dengan penuh semangat. Pohon besar maupun kecil kami tebang, kayu-kayu kami kumpulkan. Semua masyarakat ikut turun tangan, berharap jalan segera diperbaiki,” ungkap Sahidi.
Namun, harapan itu pupus. Hingga kini, belum ada tanda-tanda perbaikan jalan yang dijanjikan. Akibatnya, warga terpaksa iuran secara swadaya untuk melakukan perbaikan darurat.
Upaya konfirmasi yang dilakukan awak media kepada Bupati Sampang melalui pesan WhatsApp pribadi tidak mendapat respons. Sikap bungkam ini menambah kekecewaan masyarakat sekaligus penggiat media lokal.
“Seharusnya bupati bisa memberi penjelasan, sekecil apa pun, agar masyarakat tidak merasa ditipu. Dengan diam, justru masyarakat makin kecewa,” ujar salah satu pengurus LSM di Sampang yang enggan disebutkan namanya.
Selain soal jalan, sejumlah jurnalis juga menilai Bupati Slamet Junaidi kerap bersikap tebang pilih dalam berkomunikasi dengan media. Informasi yang diterima redaksi menyebutkan, ada sekitar 70 media yang mendapat perlakuan khusus, sementara banyak media lain diabaikan.
Hal tersebut dinilai mencerminkan kurangnya komitmen terhadap keterbukaan informasi publik.
“Bupati seharusnya merangkul semua media, bukan hanya yang dekat dengan lingkar kekuasaan. Ini menyangkut keadilan informasi dan transparansi pemerintahan,” ujar seorang jurnalis lokal.
Warga Desa Larlar menegaskan bahwa tuntutan mereka bukan semata soal pembangunan, melainkan kejelasan janji pemerintah daerah. Jalan menjadi kebutuhan vital masyarakat, baik untuk akses pendidikan, ekonomi, maupun kesehatan.
“Kami hanya ingin bupati membuka telinga, membuka mata, dan membuka mulut. Artinya, mendengar suara rakyat, melihat kondisi nyata masyarakat, dan berani bersuara lantang dengan kebijakan yang berpihak,” pungkas Sahidi.
Masyarakat berharap Pemerintah Kabupaten Sampang segera mengambil langkah nyata dan tidak menutup mata terhadap kebutuhan rakyat. Bagi warga, jalan bukan sekadar infrastruktur, tetapi juga simbol kepedulian seorang pemimpin terhadap nasib masyarakatnya. *bun