Kepala SMA Budi Utomo Gadingmangu.(suaraharianpagi.id/red)
Mojokerto – suaraharianpagi.id
Tersangka kasus mutilasi sadis di Mojokerto, Alvi Maulana (24), ternyata memiliki latar belakang pendidikan yang mengejutkan publik. Di balik aksi kriminal brutal yang dilakukannya, Alvi diketahui pernah mengenyam pendidikan di lingkungan pesantren ternama di Jombang, Jawa Timur.
Fakta ini diungkap oleh Kepala SMA Budi Utomo Gadingmangu, Heboh Handono Pribadi Luhur. Sekolah tempat Alvi menempuh pendidikan menengah tersebut berada di bawah naungan Pondok Pesantren Gadingmangu, Kecamatan Perak, Jombang.
“Alvi adalah lulusan tahun 2019. Saat itu bertepatan dengan masa pandemi COVID-19, sehingga hampir semua kegiatan dilakukan dari rumah,” ujar Heboh saat dikonfirmasi, Selasa (9/9).
Ia menjelaskan bahwa selama di sekolah, Alvi tidak menunjukkan perilaku yang menonjol atau mencurigakan. Sosoknya dikenal pendiam dan tidak memiliki catatan pelanggaran selama masa belajar.
“Setahu saya, tidak pernah ada permasalahan di sekolah. Tidak ada catatan khusus. Ia seperti siswa pada umumnya,” lanjut Heboh.
Namun, karena pandemi, interaksi langsung antara pihak sekolah dan siswa sangat terbatas. Santri, termasuk Alvi, dipulangkan ke rumah masing-masing dan mengikuti kegiatan belajar secara daring.
“Dia termasuk angkatan ‘lulusan corona’. Karena pandemi, kami tidak bisa banyak mengetahui keseharian maupun perkembangan karakternya setelah itu,” imbuhnya.
Terkait kehidupan Alvi di lingkungan pondok, Heboh mengaku tidak mengetahui secara rinci. Ia menegaskan bahwa kewenangan sekolah terbatas pada kegiatan akademik.
“Kalau soal di pondok, saya tidak tahu persis. Yang saya tahu, dia memang nyantri, karena berasal dari luar daerah. Tapi bagaimana perilakunya di pondok, kami tidak bisa menjangkau,” jelasnya.
Kasus yang melibatkan Alvi Maulana menyita perhatian publik karena kekejaman modusnya. Fakta bahwa pelaku memiliki latar belakang pendidikan religius menjadi ironi tersendiri dan menimbulkan pertanyaan besar: bagaimana proses pembentukan karakter bisa berakhir sedemikian jauh dari nilai-nilai yang diajarkan? *dsy
