
Kegiatan ngaji budaya di sanggar topeng Tri Purwo Budoyo Jatiduwur, Kesamben, Jombang.(suaraharianpagi.id/dsy)
Jombang – suaraharianpagi.id
Sejumlah warga dari berbagai desa di Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang, menggelar kegiatan Ngaji Budaya Jumat Kliwon di Sanggar Wayang Topeng Tri Purwo Budoyo, Desa Jatiduwur, Kamis malam (4/9).
Warga dari Desa Jatiduwur, Podoroto, Kesamben, hingga Pojokrejo turut hadir dalam agenda perdana ini sebagai upaya uri-uri atau melestarikan sejarah dan budaya lokal.
Acara diawali dengan pembacaan tahlil dan doa bersama untuk para leluhur serta keselamatan bangsa. Selanjutnya, kegiatan diisi dengan narasi sejarah Wayang Topeng Jatiduwur serta diskusi budaya yang mengulas perjalanan panjang Kesamben. Selain sebagai ruang edukasi budaya, agenda ini juga menjadi wadah silaturahmi lintas desa sekaligus memperkuat komitmen menjaga identitas daerah.
Sejumlah tokoh hadir dalam kegiatan ini, di antaranya RM. Kushartono dari nDalem Pojok Wates Kediri, pegiat budaya dan lingkungan Ari Hakim, pemerhati sejarah sekaligus anggota Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Jombang Arif Yulianto, pegiat budaya Kesamben Agus Prasetyo, serta pengelola Wayang Topeng Jatiduwur, Isma Hakim.
Isma Hakim menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan edisi perdana.
“Insyaallah, Ngaji Budaya Jumat Kliwon akan rutin digelar setiap malam Jumat Kliwon. Harapannya, warga Kesamben semakin bersemangat belajar dan melestarikan sejarah yang kita miliki bersama,” ujarnya.
Sementara itu, pegiat budaya Ari Hakim menilai pelestarian sejarah dan budaya merupakan kegiatan luhur yang penting untuk memberikan edukasi kepada generasi muda.
“Dengan begitu, kita akan tergugah menjaga kekayaan sejarah dan budaya yang menjadi bagian dari jati diri bangsa,” katanya.
Senada, Agus Prasetyo berharap kegiatan ini dapat menggugah kesadaran desa lain di Kecamatan Kesamben.
“Kami ingin semakin banyak warga yang bergabung dan ikut belajar bersama,” ucapnya.
Arif Yulianto menambahkan, Kesamben memiliki banyak peninggalan sejarah yang patut dibanggakan.
“Ada kisah penyelamatan Raja Jayanegara yang terkait dengan Ki Ageng Jatiduwur, eksistensi Ki Purwo dan Wayang Topeng Jatiduwur, hingga Prasasti Kusambyan yang diduga kuat merujuk pada wilayah Kesamben. Bahkan, ada pula batu-batu penanda tanah pardhikan atau area suci masa lampau,” jelasnya.
Sebagai penutup acara, dilakukan simbolisasi pelestarian lingkungan dengan penyerahan bibit pohon Kosambi yang merupakan pohon ikonik khas Kesamben oleh Ari Hakim kepada pengelola Wayang Topeng Jatiduwur, Isma Hakim. *dsy