Jombang – suaraharianpagi.id
Nasrul Illah, biasa disapa Cak Nas, budayawan Jombang mengharapkan Sanggar Tri Purwo Budoyo, Desa Jatiduwur, Kesamben, Jombang, yang ngugemi Seni Wayang Topeng Ki Purwa, harus menjadi Laboratorium Budaya.
Kreasi apapun bisa dilakukan oleh siapapun untuk menceritakan dan membuat kreasi cerita dan pagelaran berbasis Wayang Topeng Jatiduwur, namun tetap harus ditampilkan di desa muasal Wayang Topeng Ki Purwa ini.
“Boleh di luar semua seniman berkreasi. Tapi harus ditampilkan di sini (sanggar Tri Purwo Budoyo), dan kalau mau melihat yang Wayang Topeng asli yaa di sini,pertahankan pakem dan akan menjadi Laboratoriumnya seni Wayang Topeng,” beber Cak Nas, adik Emha Ainun Najib ini, di sarasehan budaya rangkaian Ki Purwa Heritage Festival, Sabtu, 13 Juli 2024.
Cak Nas, berpendapat bahwa dengan demikian pusat studi dan pembelajaran pakem Wayang Topeng Jatiduwur tetap di tanah asal kelahirannya. Jika ada mahasiswa, seniman kreatif, kontemporer, berniat merancang skenario cerita dan tarian berbasis inspirasi yang asli.
“Ya jangan diambil sendiri. Tampilkan dulu di sini, dan jika mau lihat aslinya ya di sini. Tapi siswa sanggar sini tak ditutup berkreasi hal serupa,” ujar inisiator Museum Panji di Jombang ini.
Kenapa harus pakem ? Karena Pakem itu menunjukkan identitas cerita tentang Panji. Kendati cerita Panji berasal dari era Kerajaan Kediri yang dipecah jadi Jenggala dan Panjalu, namun cerita Panji berkembang subur di Jombang.
“Bahkan mayoritas situs dan peninggalan Panji ada di Jombang. Kita berjuang agar pusat Panji dan Museum Wayang Panji ada di Jombang. Situsnya aja ditemukan 17 buah, di Kediri hanya 5,” ujarnya.
Cak Nas, mengaku merasa prihatin selama ini mengingat Seni Wayang Topeng Ki Purwa Jatiduwur nyaris mati dan punah, namun dengan adanya Ki Purwa Heritage Festival 2024 ini, ada harapan bangkit dan tertata baik.
Sementara itu, dalam sarasehan hadir seorang penulis buku-buku sejarah Jombang, dan situs Dian Sukarno, Anom Antono, Kabid Budaya di Dikbud Pemkab Jombang, lalu Imam Ghozali AR, tokoh budaya yang mewakili Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur.
Menurut Anom Antono, Pemerintah Kabupaten telah banyak yang dilakukan dalam melestarikan kebudayaan di Jombang. Bahkan sampai menerbitkan Perda tentang pemajuan kebudayaan. “Insya Allah tahun ini disahkan DPRD,” ujarnya.
Pembinaan juga telah dilakukan semisal menerjunkan pelatih tari ke sekolah sekolah menjadikan tarian sebagai muatan lokal daerah setempat.
“Semisal di Kesamben, maka SD , SMP di kawasan ini yaa melingkupi Seni Tarian Kelono dari Wayang Topenf Jatiduwur. Sanggar sini mengirim pelatih ke sekolah mengajar menari tarian Kelono dan sudah berjalan,” beber Anom.
Sementara itu, Imam Ghozali AR, mewakili Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jatim mengatakan bahwa Wayang Topeng Ki Purwo Jatiduwur, sudah layak dimajukan tahun ini dan akan datang.
“Kreasi terkait sendratari dan dramatikalnya banyak yang sudah mengemas. Tinggal dipentaskan bersama di sanggar ini. Entah kapan. Kalau bisa tahun depan terealisasi,” ujarnya.
Baginya Wayang Topeng Ki Purwa Jatiduwur, sudah sangat layak mendapat perhatian pemerintah pusat hingga daerah karena telah membuktikan sebagai warisan yang dipertahankan secara kokoh meskipun dengan berkeringat dan berjungkir balik pasang surut.
“Terima kasih Bu Tri selaku ketua Yayasan dan para dalang dan pemain sanggar seni wayang topeng Jatiduwur, kini tiba saatnya ikhtiar kalian semua akan berbuah, di tahun tahun mendatang,” tukasnya. *sw/ds
+ There are no comments
Add yours