Lamongan – suaraharianpagi.id
Bergerak dari selatan kampus UNISLA, sekelompok mahasiswa dari Unsur BEM Universitas Islam Lammongan, BEM Fakultas se_Unisla, DPM Unisla, DPM Fakultas se-Unisla menyuarakan aspirasi mahasiswa terkait dengan polemik yang terjadi di UNISLA yang berkepanjangan. Aksi ini merupakan lanjutan dari tuntutan yang disampaikan pada aksi 17 Mei 2023 kemarin dan kesepakatan untuk berislah diantara keduanya yang telah ditanda tangani oleh masing masing pihak.
Tuntutan mahasiswa masih seputaran masalah penolakan dualisme pimpinan di unisla, tuntutan penegasan tentang kalender akademik yang pasti, kepastian admisnistrasi dan rekening pembayaran keuangan yang banyak isu bersliweran, dan isu terbaru mengecam adanya intimidasi pada mahasiswa yang ikut demo dari beberapa dosen dan beberapa pimpinan fakultas dengan ancaman ketidak lulusan mata kuliah dan dipersulit lulus skripsi.
Beberapa sumber menyebutkan titik masalah rentetan kasus ini adalah bersumber dari perubahan akta Hendy Asmara No: 01 tanggal 02 Mei 2018 ke Akta notaris : Evie Mardiana Hidayah nomor 38 tanggal 15 Februari 2023 dengan perubahan masuknya satu Pembina Ahmad Najick yang dinilai tidak melalui mekanisme yang semestinya, bahkan telah terjadi pelaporan pidana ke POLDA JATIM. Dari awal ini hubungan petinggi Yayasan dan rektorat di UNISLA mulai tidak harmonis. Mahasiswa menghendaki semua elemen bisa duduk bersama membicarakan segala sesuatunya dengan damai dan bermartabat sesuai kedudukan kampus sumber ilmu dan sarjana.
Menurut Chelvin ketua BEM Universitas Islam Lamongan menyampaikan bahwa muatan Demo hari ini merupakan penegasan dari aspirasi demo tanggal 17 Mei kemarin, kami masih belum puas dengan jawaban yang disampaikan dari kedua belah pihak yang berseteru. Sampai hari ini saling klaim masih mewarnai operasional tri dharma di unisla. Kami masih belum menemukan progress yang positif dari masing masing pihak, pengembalian penyelewengan dana KIP oleh Rektor lama yang sampai hari ini pengembaliannya belum selesai. Lebih parah lagi beberapa hari terakhir, banyak terror dan intimidasi yang dilakukan oleh beberapa dosen dan beberapa pimpinan tingkat prodi dan fakultas kepada mahasiswa.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Yayasan Sunan Giri Lamongan sebagai Badan Penyelenggara Universitas Islam Lamongan Ir. H.Wardoyo, MM menyampaikan sangat apresiasi terhadap suara mahasiswa, dan selayaknya mahasiswa mengawal tuntutan tersebut sebagai hak yang harus diterimanya. Wardoyo menegaskan bahwa tidak ada dualisme, Pj Rektor yang sah adalah Dr. Dody Eko Wijayanto, SH MHum yang dilantik 4 April 2023. Berdasarkan AHU sampai tanggal 11 Mei 2023 pukul 00:03:38 ketua sah yayasan adalah Ir.H Wardoyo, MMA. Sedangkan Pj Abdul Ghofur dilantik oleh Bambang Eko Muljono, SH MHum tanggal 5 Mei 2023 di masjid Muhadlaratul Afkar bersamaan dengan kegiatan Halal Bi Halal. Terhadap intimidasi dosen dan pimpinan beberapa Faultas dia sangat menyayangkan ini terjadi pada kaum intelektual akademis, dan berjanji akan mendalami kasus ini dan akan memberikan sanksi administrasi sampai pemecatan bila ini terbukti fatal, untuk urusan hukum diserahkan pada pihak berwajib.
Beberapa mahasiswa mempertanyakan hal yang kontra diktif, saat di depan pendemo tanggal 17 Mei 2023 Abdul Ghofur menyampaikan seluruh dosen dan mahasiswa mengecek siapa Rektor yang sah dan tercantum di PD Dikti. Namun sesaat penelusuran beberapa dosen terdapat Fakta bahwa pada pukul 11.17 WIB ternyata nama Rektor masih tercantum : Bambang Eko Muljono, namun secepat kilat pada pukul 13.07 telah berubah menjadi Abdul Ghofur. Dosen yang tidak mau disebut namanya menggerutu, bahwa Pj Rektor Abdul Ghofur telah membohongi kami semua, dan saat itu berarti Abdul Ghofur dilantik oleh Bambang sebagai Rektor Unisla bukan sebagai ketua Yayasan Pembina Perguruan Tinggi Islam Sunan Giri Lamongan.
Aksi berakhir dengan damai tanpa dihadiri ketua Yayasan Bambang Eko Muljono, Aksi dilanjut dengan menempeli seluruh kaca dan tembok kampus hijau ini dengan pamflet screen shoot pesan pesan WA berisi intimidasi dosen dan beberapa pimpinan Fakultas terhadapmahasiswa. Mahasiswa berbaris rapi kembali ke titik kumpul dan langsung membubarkan diri dengan yel yel perjuangan. *ind