Biosaka Hadir Di Megaluh

4 min read

Jombang – suaraharianpagi.id

   Dalam rangka mewujudkan pertanian yang ramah lingkungan sekaligus menghemat penggunaan pupuk kimia. Kementrian Pertanian melalui Direktur Jenderal Tanaman Pangan mendukung penerapan hasil-hasil inovasi sederhana terutama yang dikembangkan oleh petani, salah satunya adalah Biosaka.

   Biosaka merupakan penemuan dari seorang pemuda tani bernama Muhammad Ansar dari Blitar, karyanya tersebut sudah tercatat di Kemenhumkam Nomor 000399067. Biosaka diambil dari 2 suku kata yaitu Bio yang artinya Hidup dan Saka singkatan dari Selamatkan Alam Kembali Ke Alam, sehingga secara harpiah Biosaka berarti Bahan aktif yang berasal dari mahluk hidup dalam hal ini tanaman guna menyelamatkan alam dengan cara kembali ke alam. Penggunaan Biosaka dalam usaha tani adalah sebagai salah satu upaya perlindungan tanaman berbasis ekologi untuk menjaga kelestarian lingkungan.

   Diberbagai kesempatan, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Jombang, Ir. Much Rony, MM mendorong petani untuk terus berinovasi dengan terobosan-terobosan baru yang dapat meningkatkan produksi pertanian melalui teknologi ramah lingkungan.

   Dalam rangka mendukung penerapan inovasi tersebut, Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Megaluh melalui program rutin Dinas Pertanian “ Klinik Agribisnis “ melaksanakan Praktek Pembuatan Biosaka di tingkat petani. Pada hari Rabu, 17/05/2023 bertempat di salah satu rumah pengurus kelompoktani, kegiatan ini dilaksanakan. Kegiatan ini diikuti oleh 25 Petani dari Desa Megaluh Kecamatan Megaluh, yang terdiri dari perwakilan empat kelompok tani (Poktan), yaitu Poktan Kedungurip, Poktan Megaluh, Poktan Kedungtimongo I dan Poktan Kedungtimongo II.

   Meskipun baru pertama kali dikenalkan, sudah menimbulkan ketertarikan dan rasa penasaran yang tinggi bagi Petani Megaluh. Petani Megaluh sangat antusias dalam menyimak materi yang disampaikan, semangat mengikuti praktek pembuatannya dan sangat tertarik untuk mencoba teknologi mudah dan murah yang bisa dibuat sendiri ini. Hasil dari kegiatan ini, Petani bisa membawa pulang larutan ekstrak tumbuhan untuk diujicobakan di lahannya masing-masing.

   Lebih lanjut disampaikan bahwa terdapat tiga tahapan penting yang harus diperhatikan dalam pembuatan bahan alami Biosaka. Pertama, pemilihan bahan yang tepat yaitu memanfaatkan berbagai macam dedaunan atau rerumputan di sekitar areal pertanaman yang kondisinya sehat, artinya tidak terlihat adanya lubang-lubang atau bercak-bercak yang menunjukkan gejala serangan OPT. Kedua, proses pembuatannya dengan meremas (tidak menghancurkan) dedaunan atau rerumputan di dalam air sampai tercampur secara homogen (tidak mengendap, tidak berubah warna menjadi bening dan tidak mengeluarkan gas meskipun disimpan dalam waktu yang lama). Ketiga, aplikasi di lapangan dengan cara penyemprotan dengan pengabutan pada waktu, cara dan dosis yang tepat.

   Biosaka bukan merupakan pupuk dan bukan pula sebagai pestisida, tetapi berperan sebagai elisitor yaitu senyawa kimia yang dapat memicu respon fisiologi, morfologi pada tanaman menjadi lebih baik, memberikan sinyal positif bagi membran sel pada akar sehingga lebih energik dan produktif. Biosaka dibuat dari segenggam bahan minimal 5 jenis rumput/daun yang sehat sempurna dicampur dengan 5 lt air dalam wadah, diremas dengan tangan kurang lebih 10-20 menit tanpa berhenti dan tidak boleh berganti orang hingga ramuan homogen. Ciri bahwa biosaka telah homogen yaitu tidak mengendap, tidak timbul gas, tidak ada butiran, bibir permukaan membentuk pola cincin, ramuan biosaka terlihat pekat dan mengkilap, bisa berwarna hijau/biru/merah sesuai dengan warna rumput/daun yang digunakan. Biosaka homogen yang sempurna bisa disimpan hingga 5 tahun.

   Penyemprotan dengan cara pengabutan minimal 1 meter diatas tanaman dengan nozzle menghadap keatas dan tidak boleh diulang-ulang. Dosis penyemprotan untuk padi dan jagung sebesar 40 ml Biosaka/15 lt air, sisanya disimpan untuk aplikasi berikutnya. Waktu penyemprotan bisa pagi atau sore hari, namun sebaiknya pada sore hari dengan memperhatikan cuaca dan arah angin. Penyemprotan cukup dari atas galengan dengan stik diperpanjang hingga 2-3 meter. Untuk tanaman padi dan jagung, aplikasi dilakukan pada umur tanaman 7-10 HST dan dilanjutkan 7 kali dalam satu musim tanam dengan interval 10-14 hari. Manfaat penggunaan Biosaka ini adalah ramah terhadap lingkungan, hemat biaya, hemat pupuk kimia hingga 50%, menurunkan penggunaan pestisida kimia, mengurangi serangan hama dan penyakit, lahan menjadi lebih subur dan jumlah produksi lebih meningkat.

   Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan Petani Desa Megaluh bisa membuat Biosaka sendiri dan mengaplikasikan di lahan sawahnya dalam upaya menekan biaya produksi dan meningkatkan produktivitas usahataninya. *ryan

You May Also Like

More From Author