
Mojokerto – suaraharianpagi.id
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Mojokerto menggelar inspeksi mendadak (sidak) ke PT Energi Agro Nusantara (Enero), Kamis (6/2). Langkah ini dilakukan sebagai respons atas keluhan masyarakat terkait bau tak sedap yang diduga berasal dari aktivitas perusahaan tersebut.
Warga mengaku merasa dirugikan tanpa adanya kompensasi dari perusahaan yang merupakan bagian dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu.
Dalam sidak tersebut, Wakil Ketua DPRD Kabupaten Mojokerto Khoirul Amin menegaskan agar PT Enero segera menyelesaikan masalah bau tak sedap yang telah lama dikeluhkan warga. Menurutnya, bau tersebut berasal dari biogas jenis metana yang dihasilkan dalam proses pengolahan limbah menjadi pupuk hayati cair (PHC).
“Kami perlu memastikan langsung bagaimana langkah perusahaan untuk mengatasi masalah ini agar tidak lagi mengganggu masyarakat,” ujar Khoirul Amin di lokasi.
Rombongan Komisi III DPRD Kabupaten Mojokerto turut meninjau fasilitas pengolahan limbah PT Enero, termasuk sumber bau tak sedap. Khoirul juga mengusulkan untuk mengadakan rapat dengar pendapat (hearing) dengan pihak terkait.
“Bau ini harus segera diatasi. Kami akan memanggil dinas terkait dan pimpinan perusahaan untuk hearing. Jadwalnya akan disesuaikan dengan keputusan pimpinan DPRD,” tegasnya.
Menanggapi keluhan tersebut, Direktur PT Enero, Puji Setiawan, menjelaskan bahwa produksi bioetanol berbahan baku tetes tebu (molases) menghasilkan limbah bernama spent wash, yang memiliki tingkat keasaman tinggi.
Limbah ini diolah melalui proses biometanasi menggunakan tangki anaerobic digester untuk menetralkan pH-nya. Proses tersebut menghasilkan cairan netral pH dan biogas dengan kandungan metana (CH4) sebesar 54-60%.
Menurut Puji, biogas yang dihasilkan digunakan sebagai bahan bakar boiler. Namun, tidak semua biogas dapat dimanfaatkan dengan optimal karena sifatnya yang fluktuatif. Sekitar 20% biogas yang tidak digunakan dibakar di area terbuka untuk mengurangi dampak bau.
“Bau tak sedap ini disebabkan oleh biogas yang lolos dari proses pembakaran, terutama saat api pembakaran mati akibat turunnya kandungan metana,” ungkap Puji.
Ia menambahkan bahwa bau tersebut serupa dengan aroma gas elpiji. Saat ini, pihak perusahaan sedang mencari alat detektor panas untuk memastikan proses pembakaran berjalan optimal.
“Jika api pembakaran mati, bau bisa menyebar hingga ke desa-desa sekitar seperti Batankrajan dan Berat. Kami sedang mencari solusi teknologi untuk memonitor api, agar permasalahan ini tidak terus terjadi,” tandasnya.
DPRD Kabupaten Mojokerto berharap langkah ini dapat menjadi solusi bagi warga yang terdampak, sekaligus mendesak PT Enero untuk menunjukkan komitmen nyata dalam menyelesaikan persoalan tersebut. *ds